Waktu Luang di Lokakarya Nasional

Skhola WWF LokakaryaBerkesempatan memanfaatkan waktu luang (skhola) di teluk utara ibu kota Jakarta (4-6 desember 2012) bersama penggiat pendidikan lainnya adalah sebuah catatan berwarna. Lokakarya nasional yang mengambil tema “kebijakan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan” mempertemukan komponen sekolah, pendamping sekolah, dan birokrat secara nasional. Sasaran dari pertemuan ini adalah kebijakan dari pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dari pusat sampai ke daerah.

Pertemuan ini terasa penting bagi lembaga yang bergerak di daerah untuk memperjelas posisi dari Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan. Sebagaimana menjadi isu bersama pada forum ini adalah kurangnya informasi dari pusat ke daerah, padahal educationan for sustainable development dianggap penting seperti yang telah ditegaskan oleh PBB dengan menetapkan decade ESD tahun 2005 – 2014. Ini berarti bahwa Indonesia juga harus ikut terlibat aktif dalam penerapannya.

Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (PPB) adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini dan tanpa menghilangkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Pendekatan dengan menggunakan penddidikan untuk pembangunan berkelanjutan memungkinkan arah pembangunan akan berlandaskan pada kebutuhan hari ini dan besok. Pembangunan yang tidak hanya mementingkan kepuasaan pada mata belaka melainkan pada keberlangsungan bersama di kelak hari.

Melihat arti PPB ini dibutuhkan suatu strategi dalam penerapannya. Salah satu cara yang dianggap penting adalah melalui jalur pendidikan. PPB bisa menjadi pendekatan dalam proses pembelajaran di sekolah. Proses belajar dimana melibatkan 3 aspek penting dalam kehidupan yang berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. PPB memberi kesempatan kepada guru untuk membuka kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan holistic.

Kini menjelang akhir dasa warsa PPB, tantangan utama adalah kebijakan pusat yang belum merata sampai ke daerah. Landasan aturan kebijakan secara jelas akan mempermudah sekolah dan pendamping sekolah dalam penerapannya.

Kurikulum 2013 yang hampir bisa dipastikan akan diterapkan tahun depan sebagai acuan baru bagi pendidik dalam menjalankan tugasnya menjadi tantangan yang tidak sederhana. Kreatifitas guru dalam penyampaian materi akan lebih di tuntut dengan ditambahkannya jam mata pelajaran. Mengisi waktu pertemuan pelajaran dengan hanya duduk sambil mengerjakan LKS tentu akan melahirkan kesan buruk bagi guru tersebut.

Kehadiran kurikulum baru ini menuntut guru dalam menggunakan pendekatan holistic pada mata pelajaran. Pembahasan yang tematik dengan melihat berbagai aspek lain bukan hal mudah namun akan terasa mudah kalau mempunyai komitmen untuk terus belajar.

Peluang bagi kita (pendamping sekolah) untuk mengambil peran dalam membangun kompetensi guru. Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan menjadi pendekatan yang mampu menjawabnya.

by Ade Adnan Saleh on Saturday, December 15, 2012 at 12:45am

Similar Posts