|

Berskhola dengan Tanpa Batas

Skhola Ade 1        Untuk kesekian kalinya berada diantara peserta pelatihan yang pernah kutemui atau pertama kali berjumpa untuk beberapa kenalan baru. 3 hari 2 malam bersama belajar tentang pendidikan lingkungan hidup. Bersama penggiat Lingkungan Hidup membuat ku merasa bangga dan senang berada di antara mereka. Dari mereka lah semerbak alam semesta ini akan tetap bertasbih memuji Nya. Dengan konsep dan tingkah mereka yang mampu menyeimbangkan lingkungan ini. Hasil terawang lembaga mereka lah yang mampu menorobos kehidupan yang seimbang dan berkelanjutan di kemudian hari.

Hari pertama untuk materi pertama, perkenalan yang tidak menoton. Peserta diminta untuk memilih gambar yang berisi kata sesuai dengan gambarnya. Ada berbagai gambar diletakkan dalam lantai, peserta memilih sesuai dengan kehendak hati. Setelah itu, peserta diminta untuk bercerita alasan memilih gambar tersebut. Cerita ini merupakan representative dari perasaan peserta pada saat itu atau pun pengalaman masa lalu. Senang saya dengan konsep perkenalan ini.

Saya memilih “perasaan”, alasannya cukup sederhana, hanya karena subjek ilmu yang saat ini menjadi perhatian di dunia akademik adalah ilmu perasaan, Psikologi. Feeling ini yang mampu menggerakkan sikap dan tingkah laku seseorang.

Moment belajar kedua kami dapatkan adalah “pameran”. Setiap lembaga memamerkan kegiatan yang pernah, sementara dan rencana yang akan dilaksanakan. Di sini lah aku yakin bahwa mereka adalah penggerak lingkungan yang telah banyak berbuat. Bagian pojok ruangan terdapat kertas plano dari “sekolah kunang-kunang”, membacanya sama dengan membaca impian pendiri lembaga ini. Kunang-kunang, makhluk kecil itu bisa menjadi indicator sehat sebuah tanah, jadilah sang pendiri menginginkan sekolahnya kelak bisa menjadi “peternakan” kunang-kunang.

Pada salah satu meja pameran juga memanjakan mata dengan adanya salah satu permainan masa anak-anak dahulu, “ular tangga” begitulah namanya. Namun yang ini tentu berbeda dari biasanya karena lembaga yang membawanya membuatnya dengan ukuran setengah meter dan gambarnya pun yang berbau lingkungan. Fasilitas belajar lingkungan untuk anak-anak yang tentu akan menarik untuk dimainkan. Pada kotak yang menunjukkan arah tangga, maka ada efek positif dari dampak perilaku kepedulian lingkungan sedangkan pada kotak ular, arah ekornya akan mengarah kebawah dengan dampak negative dari ketidakseimbangan lingkungan. Sungguh kreatif.

Tak lama setelah berjalan mengelilingi beberapa hasil “jualan” peserta pelatihan, materi pun dilanjutkan dengan pengenalan “bintang” potensi peserta yang dimiliki. Grouping peserta dipilih dimaksudkan untuk lebih memaksimalkan pikiran setiap peserta. Dari group kecil itulah memberi peluang yang cukup waktu untuk berbagi pengalaman yang pernah dilakukan dalam memaksimalkan suatu kegiatan. Bercerita tentang pengalaman dalam mengembangkan organisasi. Nilai-nilai yang menjadi dasar pada pengalaman tersebut.

Dari hasil diskusi beberapa anggota group kecil tersebut, kemudian dituangkan dalam sebuah gambar. Gambar ini merupakan akumulasi dari semua ide setiap anggota kelompok. Teringat dari kelompok kami yang menggambar sebuah perahu. Perahu diibaratkan alat yang digunakan dalam mengarungi visi bersama. “Pondasi” dari perahu tersebut adalah sabar dan minat. Proses misi yang dilalui seharusnya dengan semangat dan sinergi, bersinergi dengan orang-orang yang berada di atasnya. Demikianlah potensi itu harus dimaksimalkan dengan masing-masing nilai positif. Lain ladang lain belalang, lain group lain cerita, begitulah sesi ini menjadi bagian momen belajar tak terlupakan. Sungguh menarik.

—-

Sehari sebelum hari pertama pelatihan itu, beranjak sejak pukul 07.35 WIB, dari station Lempuyangan Yogyakarta. Kereta api Sri Tanjung mulai bergerak perlahan hingga meninggalkan station yang semakin mengecil di kelopak mata. Di gerbong I, perjalanan 13 jam dimulai. Di gerbong ekonomi non AC ini menyisahkan banyak cerita bersama manusia “ekonomi non AC”. Di gerbong ini pula lah secuil cerita masyarakat Indonesia yang mengais rezeki. Mereka menjual berbagai macam jenis makanan ringan maupun berat. Makanan khas atau tradisional hadir dalam gerbong tersebut. Nasi goreng dan campur juga menghiasi saungan penjualnya menjajaki keberuntungannya. Ada yang tergoda namun ada pula yang menghela. Tidak hanya itu, lantunan music pun ternyata juga hadir di sana, dikenal sebagai pengamen, entah bisa dikatakan menghibur atau tidak, tapi demkianlah adanya, ada yang memberi ada yang mesem tidak hirau. sungguh harmoni kehidupan yang bijak.

Selepas turun dari “sri tanjung” di station Banyuwangi Baru — teringat momen beberapa waktu lalu nginap di station ini dengan hanya beralaskan handuk berbantalkan tas — perjalanan siap dilanjutkan dengan bus melewati pelabuhan ketapang (Jatim) menuju pelabuhan Gilimanuk (Bali). Kurang sejam telah tiba Gilimanuk pulau Bali, topologi jelas berbeda, ada corak dan gaya bangunan yang berbeda dari pandangan ketika masih berada di darah banyuwangi dan daerah jawa lainnya.

Bus pun melaju mulus tanpa halangan macet. Memang telah diduga karena waktu telah menanjak kurang lebih pukul 01.30 WITA dimana jumlah mobil jelas akan berkurang dibanding di siang hari.

—–

Wal ashr demi waktu, inilah satu-satunya modal besar manusia. Tidak akan kembali dan tidak mampu di terka kemana waktu akan megarah menunjuk proses kehidupan setiap manusia. Tahta kita bisa raih, Wanita kita mampu dapatkan, Harta kita bisa cari, namun dengan waktu, hanya akan meninggalkan penyesalan bagi yang menyianyakannya.

Perjalanan dengan tujuan menuntut ilmu ini jelas menguras tenaga, namun ada senyum dan kepuasaan didalamnya. Banyak cerita, tambah teman, insyAllah dengannya tambah rezeki.

—–

Ada visi besar dalam pelatihan ini yang menjadi sasaran. Visi yang dirumuskan bersama. Sungguh senang melihat hasil karya di ujung malam kedua. “Terwujudnya keseimbangan kehidupan yang berkelanjutan melalui pendidikan dan tata kelola yang bertanggung jawab”. Demikian lah bunyi visi besar tersebut. Kata kunci dalam visi tersebut adalah “keseimbangan, berkelanjutan, pendidikan, tata kelola dan tanggung jawab”. “Keseimbangan” dimaknai dengan hadirnya kehidupan yang seimbang antara kehidupan manusia dan lingkungan, ekonomi dan kehidupan sosial dapat mengambil manfaat dari keseimbangan lingkungan ini. Sasaran dari keseimbangan ini tentu akan mengarah pada “berkelanjutan”, dunia ini adalah titipan untuk setiap manusia sehingga pun dapat dinikmati oleh anak cucu kita kelak di kemudian hari. “pendidikan dan tata kelola” berisi konsep pengajaran, aturan dan cara menuju titik keseimbangan dan “tanggung jawab” merupakan landasan dari sebuah pendidikan dan tata kelola.

Untuk mengoptimalkan tujuan bersama ini, dibuatlah rencana “jaringan pendamping sekolah” (JPS). JPS ini diharapkan mampu menjadi sarana dalam mewujudkan cita-cita besar ini. Sarana menjalin komunikasi antar lembaga pendamping sekolah. Bijak betul hari itu, hari dimana teman-teman memikirkan kemaslahatan umat BUKAN LEMBAGA sendiri.

Qulhu Allahu Ahad, Allah itu setunggal Tunggal. Hanya dengan izin Nya maka kun. Habis perkara. Berkah untuk semua.

—-

Tiba subuh di terminal “Denpasar” memberi tanda tanya bagiku, apa mungkin di terminal ada mushollah — terakhir kali ke sini, tidak melihatnya — tapi entah lah mungkin ini lah kun maka jadilah, sebuah mushollah berukuran kurang lebih 3 X 4 memberi ruang untuk mengingatNya. Kini, bau pulau dewata nampak jelas berbeda jauh dengan daerah kebanyakan yang pernah saya singgahi. Ada bau yang khas dari pulau ini karena hampir di setiap sudut ada kembang bercampur dan berwarna-warni. Entah itu semua berfungsi untuk apa, yang jelas baunya menyengat terasa.

Sebuah keberuntungan bertemu wanita berjilbab di lokasi pelatihan, senang rasanya bisa menanyakan lokasi masjid untuk berdzikir Jumat dengan tanpa segan. Tiba di lokasi pelatihan di hari jumat di pagi hari masih memberi kesempatan untuk beristirahat. Mengistirahatkan mata beberapa jam sebelum berangkat solat Jumat di masjid yang jaraknya cukup dekat dari tempat pelatihan.

Makan, istirahat dan belajar adalah rutinitas yang tersimpan dalam memori peserta. Ilmu baru kenalan baru dan kemampuan baru membawa dua hari yang menyenangkan dan bermanfaat. Hari ke III memang oleh panitia sengaja menempatkan penyampaian materi program “adiwiyata”, program pemerintah sejak tahun 2006 ini masih sangat jauh dari target. SK 4 menteri, masing-masing kementerian pendidikan, kementerian Agama, kementerian dalam negeri dan kementerian lingkungan hidup nyatanya belum mampu memberi pengaruh strong dalam implementasinya. Program ini ditujukan untuk sekolah dengan tujuan terwujudnya sekolah yang ramah lingkungan. Kesempatan setiap lembaga untuk berperan aktif mengambil bagian dari program ini.

Mari berskhola dengan tanpa batas

Penulis, Ade Relawan Skhola YK, 101012

Similar Posts