|

Walau Angin Menyerbu, Ombak Berderu, Hujan Mengguyur Kami Tetap Belajar

IMG_6882Makassar dengan cuaca mendung di akhir pekan ini tak mengurungkan sedikit pun semangat para volunteer skhola tanpa batas untuk melakukan aksi perdana mereka di skhola KAI. Meskipun skhola KAI berada di galangan kapal nun jauh di pesisir kota Makassar tetapi hati ikhlas para volunteer untuk berbagi sedikit pun tak tergoyangkan. Hari ini bukan saja menjadi hari perdana bagi para volunteer tetapi juga hari perdana berdirinya skhola KAI, yang mana nantinya akhir pekan para volunteer akan habiskan dengan adik-adik di skhola KAI. Seperti kesepekatan awal bahwa pukul sepuluh pagi pelajaran akan dimulai, namun karena beberapa di antara teman-teman volunteer terlambat yang disebabkan tempat tinggal mereka agak jauh dari skhola KAI, olehnya pelajaran hari ini dimulai beberapa menit lewat dari pukul sepuluh. Karena hari ini adalah hari perdana maka masih sulit bagi para volunteer untuk membagi kelas untuk adik-adik.

Butuh waktu yang tidak sedikit untuk mengklasifikasikan adik-adik tersebut berdasarkan umur, kelas disekolah dan kemampuan mereka. Sebab nyatanya banyak diantara adik-adik skhola KAI yang putus sekolah, ada juga diantara mereka yang umurnya tidak sesuai dengan kelas mereka di sekolah formal pada umunya. Seperti ada seorang adik yang umurnya sepuluh tahun tetapi dia baru duduk di kelas 2 SD. Ada juga adik-adik yang sudah kelas 4 SD tetapi masih belum lancar menghitung dan membaca. Sehingga hari ini para volunteer mengajar mereka secara mengalir, di mana adik-adik di bagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok akan diajar oleh satu atau dua kakak volunteer.

Hinggah akhirnya beberapa kelompok telah terbentuk. Ada yang belajar menggambar, mengekspresikan imajinasi dan kreatiftas mereka ke dalam gambar. Ada yang belajar berhitung, belajar membaca, ada juga yang baru belajar membuat garis. Nah, kelompok ini terdiri dari adik-adik yang belum sekolah dan putus sekolah yang mana mereka memang belum pandai untuk menulis. Ditengah hiruk pikuk konsentrasi, imajinasi, canda tawa, dan teriakan adik-adik memanggil-manggil kakak volunteer mereka untuk mengecek hasil karyanya, turunlah hujan dan angin yang menyerbu skhola KAI. Dan akibatnya konsentrasi adik-adik sedikit terpecah sebab, angin-angin tersebut begitu mengusik, menerbangkan kertas adik-adik serta mengibas-ngibaskan pakaian mereka. Ini disebabkan karena skhola KAI berada tepat dipesisir laut, di sebuah kafe sederhana yang mana tempatnya tak berdinding sehingga angin laut bebas berkeliaran, mondar-mandir sesuka hatinya.

Selain itu suara ombak juga begitu menderu, sehingga kakak-kakak volunteer harus menaikkan volume suaranya. Dan hal ini tentunya sedikit mengusik beberapa kakak volunteer yang tidak pernah tinggal di daerah pesisir atau tidak terbiasa dengan daerah pesisir. Sehingga adadiantara mereka yang kehabisan suara, dan sampai telingnya berdengung untuk waktu yang lama, sebab dia belum mampu beradaptasi dengan lingkungan di sekitar skhola KAI. Namun, itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para volunteer skhola KAI, di sini mereka benar-benar belajar tentang hal-hal baru yang tidak mereka rasakan sebelumnya.

Karena anginnya benar-benar tidak mau bersahabat, adik-adik pun akhirnya dihijrakan ke tempat yang telah di beri dinding dari terpal berarwarna biru. Meskipun anginnya masih mengusik tetapi, adik-adik kini cukup merasa tenang. Adik-adik kembali konsentrasi ke pelajarannya masing-masing. Ada yang sibuk memberi warna pada gambarnya, ada yang sibuk menghitung, ada yang cengar-cengirtak tahu apa yang harus dia tuliskan, ada yang mengusik temannya, ada yang senyum-senyum sendiri, ada pula yang hanya diam menatap di sekitarnya. Namun, kesemuan itu terlihat unik, sesaat seperti menggambarkan situasi negeri kita saat ini.

IMG_6859Setelah pelajaran menggambar selesai, mereka belajar berhitung,menulis huruf, dan ada juga yang bernyanyi. Mereka menikmati pelajaran hari ini, itu terlihat jelas dari raut wajah mereka yang masih polos, benar-benar menggambarkan sebuah kejujuran. Mereka tersenyum, itu dari hati mereka. Gambar-gambar yang mereka hasilkan pun seperti itu, mereka tidak meniru mereka bebas mengeksplore apa yang mereka punya dan mereka tahu.

Dari pohon yang batangnya berwarna-warni, gunung yang berwarna merah, kuning, dan cokelat, matahari yang ada dua di gunung dan di laut. Sungguh unik, tetapi imajinasi mereka masih terbatas pada rumah dan pemandangan seperti gunung laut dan sawah saja. Begitu di suruh menggambar tak seorang pun diantara mereka yang menggambar lain dari pada ketiga objek itu. Diantara mereka yang sudah kelas 4 SD ada yang tidak menghapal lagu Indonesia raya, ada juga yang belum mampu membedakan pertambahan dan perkalihan. Namun, itulah tugas para teman-teman volunteer, berbagi sebanyak mungkin kepada mereka dan karena itu pulalah skhola KAI ini ada.

Pukul dua belas lewat beberapa menit proses belajar mengajar pun diakhiri. Adik-adik mengumpulkan pensil, kertas dan penghapus mereka kepada kakak volunteer. Penghapus, pensil, dan kertas tersebut, adalah inventaris untuk skhola KAI, jadi mereka akan menggunakannya lagi untuk proses belajar mengajar berikutnya. Hal ini mengajarkan mereka untuk berlatih jujur. Setelah sepatah kata dari kakak relawan, adik-adik pun akhirnya pulang ke rumah mereka masing-masing. Dan tiba saatnya para kakak volunteer untuk berkeluh kesah atas pelajaran yang mereka dapatkan hari ini.

Lalu diskusi panjang pun berjalan, disini para volunteer bebas menyuarakan saran mereka, bebas mengekspresikan apa yang ada di pikiran mereka, di sini tak ada rasa enggan atau malu-malu semua bebas bersuara. Hal itu pulalah yang menciptakan hubungan emosional diantara satu volunteer dan yang lainnya semakin erat. Setelah lama berdiskusi akhirnya para volunteer mendapatkan titik temu. Dan skhola hari ini pun berakhir dengan pelajaran baru, semangat baru, dan saudara baru.

Penulis: Relawan Atika Djufri Mandang

 

 

Similar Posts