|

KAMI RINDU KATA “AGRARIS” UNTUK NEGERIKU

Gendro Indri Wahyuningsih, Relawan Skhola

“Indonesia adalah Negara Agraris”

Begitulah salah satu jargon yang pernah dielu-elukan untuk negeriku, Indonesia. Masih ingat betul dalam ingatan saya, ketika guru SD saya mengatakan bahwa Indonesia adalah Negara Agraris, hal ini dikarenakan sektor pertaniannya yang cukup makmur. Itu 9 tahun yang lalu! Sungguh, semakin kesini Indonesia telah kehilangan sebutan tersebut. Lihat saja, yang konon katanya Negeri yang subur makmur loh jinawi untuk buah-buahan dan sayur-sayuran saja masih impor, yang konon katanya negeri dimana banyak petani tinggal untuk mencukupi kebutuhan pangan/beras saja masih juga impor, yang konon katanya sebagai Negara yang dilewati oleh jalur pegunungan api dunia dan termasuk busur aktif yang subur untuk menyediakan bahan baku saja tak mampu. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?

Lahan Persawahan Salah Satu Penunjang Sektor Pertanian; GIW’s Picture
Lahan Persawahan Salah Satu Penunjang Sektor Pertanian; GIW’s Picture

 

Berlandaskan rasa kebingungan tersebut, saya mencoba untuk mencari jawaban, beberapa kali saya dapati sumber yang menyebutkan bahwa Pemerintahlah penyebabnya, namun saya ragu. Kemudian saya mencoba menelaahnya, menurunkan setiap tingkatan mulai dari yang kompleks menjadi hal fundamental, dan kudapati diri saya sendirilah penyebabnya. Saya sadar bahwa setiap individu ikut andil sebagai penyebab lunturnya predikat agraris tersebut. Bagaimana tidak, karena setiap dari kami belum sadar begitu pentingnya sektor pertanian itu sendiri, terlebih bagi suatu bangsa. Kami juga belum sadar bahwa yang lokal itu tak selalunya jelek dan apapun yang berasal dari luar negeri tak selalu baik dan menyehatkan, lihat saja begitu banyaknya produk-produk pertanian impor yang dijual bebas di masyarakat kita, mulai dari yang di kota bahkan di desa. Dan parahnya, pekerjaan petani adalah pekerjaan yang tidak popular di negeri Agraris ini, generasi muda kita lebih memilih kerja kantoran daripada harus mengolah lahan pertanian yang akhirnya berujung pada konversi lahan pertanian menjadi bangunan permanen.

Hingga akhirnya saya benar-benar menjerumuskan diri saya ke bidang pertanian, dengan belajar di Fakultas pertanian. Dengan begitu setidaknya akan bertambah orang-orang yang peduli dengan sektor pertanian di negeri ini. Saya banyak belajar di sini, bukan hanya dari dosen namun juga dari para petani yang memang lebih pintar dari saya, bukan karena pendidikannya tinggi namun karena pengalamannya. Sejenak saya kagum, tanpa ilmu saja bisa terampil apalagi dengan ilmu, untuk itu perlulah regenerasi petani di negeri ini! Sekarang saatnya para sarjana-sarjana pertanian menggunakan ilmunya demi tegaknya sektor pertanian di negeri ini. Sekali lagi selalu mulai dari diri sendiri, sebisa mungkin jangan beralih bidang atau merebut lahan orang lain saat masuk dunia kerja, jangan sia-siakan ilmu yang telah didapat dengan bekerja yang bukan bidangnya. Percayalah bahwa ketika kita benar-benar menggunakan ilmu itu maka akan mendatangkan manfaat untuk diri kita dan juga negeri ini.

Mari merubah pola pikir kita bahwa pertanian tak selalunya harus berkotor-kotor ria ataupun berpanas-panasan. Yah! Walaupun pada praktiknya memang harus berhubungan dengan hal tersebut. Tapi cobalah hilangkan pikiran tersebut, tak ada salahnya dengan kotor dan tak ada salahnya dengan panas. Bahkan hal ini seharusnya menjadi tantangan bagi kita untuk menciptakan sistem pertanian yang lebih modern, seperti halnya di Negara Jepang yang bisa bertanam padi di dalam kantor dengan ide ‘gilanya’ tentang kantor hijau. Selain itu mari selalu kita hargai setiap pekerjaan, jangan pernah meremehkan pekerjaan seseorang apalagi seorang Petani! Bahkan jika ada penghargaan yang paling tinggi, maka sewajarnya diberikan kepada para petani. Dengan peluh mereka membasahi benih-benih tersebut, dengan peluh juga mereka membasahi bumi hingga menghasilkan bulir-bulir biji, dedaunan, dan buah-buahan yang bermanfaat untuk kehidupan manusia. Bagaimana mungkin kita tega mengatakan bahwa menjadi Petani adalah pekerjaan yang rendah dan tidak mendatangkan sukses? Justru sebaliknya kawan, pekerjaan yang mulia adalah pekerjaan yang mampu menghidupkan bumi Allah demi kemaslahatan umat manusia, yang salah satunya adalah bercocok tanam.

Senyum Petani Untuk Negeri; GIW’s Picture
Senyum Petani Untuk Negeri; GIW’s Picture

Tentu kesadaran diri dari individu ini perlu didukung oleh kesadaran para pembuat kebijakan dan pemerintah. Karena merekalah peran penengah yang merangkap sebagai peran utama, kebijakan-kebijakan dibuat oleh para petinggi negeri ini akan berpengaruh pada tingkat bawah. Dengan kebijakan yang mendukung maka akan mempermudah pekerjaan para Petani. Selain itu lebih seringlah mendengar keluh kesah mereka, karena memang selalu ada suka duka menjadi seorang petani. Mereka yang terbatas oleh pendidikan akan lebih sulit untuk mengikuti perkembangan teknologi. Kebanyakan dari mereka menjadi petani karena warisan ilmu dari orang tua mereka, hingga mereka sulit untuk menerima perubahan. Untuk itu kita sebagai generasi muda harus mencoba menajdi bagian dari mereka, dan mencoba mengikis sikap subsisten mereka tanpa melukai perasaan mereka yang keukeuh mempertahankan adat mereka. Jadi, dengarkan mereka! Inilah alasan kenapa kita diberi dua telinga dan hanya satu mulut, karena kita dituntut untuk lebih banyak mendengar bukan berbicara.

Menjadi Bagian dari Mereka “Petani”; GIW’s Picture
Menjadi Bagian dari Mereka “Petani”; GIW’s Picture

Bagaimanapun negeri ini akan tetap menjadi Negara Agraris dengan sektor Pertanian sebagai penunjang perekonomiannya. Asalkan para agen perubahan dan stakeholder mau merubah pola pikir mereka dan menjadikan sektor pertanian menjadi sektor penting untuk negeri ini. Saya yakin masa itu akan kembali datang! Berawal dari perubahan diri maka akan tercipta perubahan negeri, karena perubahan itu ada ketika satu bulir padi dari selu犀利士
ruh pelosok negeri mampu menjadi puluhan bulir bahkan ratusan sehingga mampu mengenyangkan perut-perut kita. Sampaikan pesan ini, maka setidaknya akan bertambah satu orang yang sadar akan potensi pertanian dari negeri ini. Mereka akan sadar bahwa Indonesia memang pantas menyandang sebutan tersebut, Negara Agraris.

Pertanian Negaraku; GIW’s Picture
Pertanian Negaraku; GIW’s Picture

 

Similar Posts